BEDAHKASUS.ID, Lampung – Bermula dari kunjungannya ke Palembang, yang berniat untuk mengantarkan keluarganya berbelanja kain songket. Naas yang dialami warga asal Lampung, ketika kunjungannya untuk mengantarkan keluarga yang hendak berbelanja atau mencari kain songket di Palembang dan sekaligus ingin berwisata di daerah tersebut. Selasa ( 10/5/2022 ).
Ali Sadikin warga asal Lampung, yang juga pimpinan redaksi di salah satu media. Dan merupakan pengurus di suatu organisasi media, ataupun juga pewarta di Lampung. Menceritakan hal yang dialami, kepada rekan – rekan media ataupun juga pewarta.
Berawal dari ketika dia dan juga keluarganya, hendak berniat berbelanja kain songket di Palembang. Setiba ia dan keluarganya sampai di Palembang, mereka melakukan kunjungan di jembat Ampera Palembang. Dan bersesi foto bersama, serta melihat – lihat pemandangan disekitar jembat Ampera atau diseputar sungai Musi.
Setelah itu, melanjutkan perjalanan dipusat perbelanjaan untuk mencari kain songket yang hendak dicari oleh anggota keluarga. Karena anggota keluarga yang dibawa mayoritas adalah wanita, ia lantas tidak ikut untuk berkeliling melihat – lihat kain songket yang hendak dicari oleh anggota keluarganya dipusat perbelanjaan tersebut.
Setelah sekian lama menunggu anggota keluarga yang sedang berbelanja atau mencari kain songket tak kunjung tiba, saya mulai merasa lapar dan hendak makan siang terlebih dulu.
Mungkin namanya wanita berbelanja pasti lama, untuk melihat jenis – jenis ataupun model variasi dari kain songket tersebut. Ungkapnya.
Lalu sayapun beranjak untuk mencari salah satu rumah makan terdekat diseputar daerah tersebut, ketika mendapati salah satu rumah makan saya lantas memesan pindang. Yang pindang tersebut yang saya pesan adalah, pindang kepala patin.
Beserta sambal dan juga lalapan, yang sudah jelas tersedia diwarung makan pada umumnya. Saya tidak memesan air minum ataupun es, jus, atau minuman lainnya yang ada dirumah makan tersebut. Karena saya kebetulan membeli air mineral satu dus, didalam mobil atau kendaraan saya untuk sekaligus sebagai stok didalam perjalanan. Jadi saya membawa minuman sendiri. Terangnya.
Seketika saya hendak membayar, saya menanyakan kepada pemilik rumah makan yang terlihat tidak atau belum ada pengunjung dirumah makan tersebut kecuali hanya baru saya seorang. Dan disitulah saya kaget pada nota yang diberikan ke saya, dengan apa yang hanya saya makan tadi. Yaitu berjumlah Rp 120.000 per satu item, atau yang saya makan.
Saya menanyakan kembali kepada pemilik rumah makan tersebut, apakah sudah benar perhitungan dari apa yang saya makan tersebut. Pemilik rumah makan tersebut menjawab ia sudah benar. Saya pribadi bukan mempermasalahkan harga, ataupun juga nominalnya. Tetapi cara dan pelayanan, yang tentu saja tidak mencerminkan pelayanan yang tidak baik dan patut untuk dijadikan contoh.
Hal ini tentu saja dapat merugikan pengunjung lainnya, dan merasa kapok untuk berkuliner dirumah makan tersebut. Seolah pengunjung merasa ditipu dan juga secara tidak langsung memeras pengunjung dari luar provinsi seperti yang saya alami.
Ketika kita berkunjung dari salah satu provinsi ataupun kota, tentu yang akan dibawa dan juga diceritakan adalah hal – hal menarik dan juga indah dari tempat yang kita kunjungi. Tetapi dengan hal yang saya alami ini, ini adalah cerita dan juga merupakan pengalaman saya yang sukar dilupakan.
Sayapun sempat terbersit, bagaimana jika orang tersebut tidak terlalu banyak memegang uang didompetnya. Jadi untuk itu melalui media ini, saya pribadi berpesan. Untuk warga ataupun pengunjung dari luar provinsi, terkhusus warga Lampung yang hendak berkuliner di daerah Palembang. Wajib menanyakan harga makanan yang ingin kita makan terlebih dulu, agar jangan sampai terjadi hal seperti yang saya alami.
Rumah makan yang telah mengecewakan saya sebagai pengunjung, dan juga tergolong kedalam unsur menipu konsumen ataupun pengunjung. Serta pula tergolong dalam pemerasan terhadap pengunjung, seperti yang terjadi terhadap saya pribadi. Yaitu rumah makan pondok pindang pegagan ” Mbok Yah ” Jaka baring Palembang, cabang ” Mbok Yah ” samping kantor walikota Palembang.
Jadi dengan adanya hal ini, saya berharap jangan sampai ada korban – korban lain seperti yang saya alami ini. Makanlah dengan apa yang kita makan, dan bayarlah sesuai dengan apa yang kita makan. Jangan melampaui takaran, dari batas kewajaran. Agar rejeki menjadi berkah. Tutupnya.
Tedhika