BEDAHKASUS.ID (PRINGSEWU) – Aktivitas pengerukan Bukit Wungkal di Pekon Tengalsari, Kecamatan Gadingrejo dikeluhkan warga karena khawatir berdampak terhadap lingkungan, terutama bencana banjir dan tanah longsor. Warga juga merasa tidak mengetahui tujuan pengerukan bukit milik desa tersebut.
“Sebelum dikeruk saja, kalau hujan luapan air sampai membanjiri lingkungan sekitar. Bagaiamana kalau gundul?” kata Andi, seorang warga di dekat lokasi kepada wartawan, Rabu (20/9/2023) siang.
arga khawatir jika musim penghujan luapan air bakal membanjiri permukiman akibat penggundulan bukit. “Sudah hampir satu bulan (pengerukan bukit). Informasi sebatas gotong royong karena akan ada pembukaan jalan baru,” katanya.
Selain pengerukan bukit, adanya aktivitas kendaraan excavator/beko untuk pembukaan jalan di sekitar bukit desa di rasa tak memiliki tujuan yang jelas. Bahkan warga belum ada yang tau maksud dan tujuan adanya aktivitas alat berat di bukit selama ini.
“Tanah hasil pengerukan bukit dilarikan kemana dan pembukaan jalan baru urgensinya apa? Bukit itu milik desa dan jalan yang sudah ada justru sudah lebih bagus. Jadi apa tujuannya?” ungkap warga yang merasa minimnya sosialisasi dilakukan oleh pihak desa.
Warga justru menilai bahwa pengerukan bukit dan pekerjaan pembukaan jalan baru memiliki tujuan tertentu demi keuntungan segelintir orang. “Jangan-jangan, nantinya bukit desa akan di kuasai oknum terntentu setelah diratakan. Apalagi ada kegiatan pembukaan jalan baru juga,” kata salah seorang warga lainnya.
Mestinya, pihak desa secara proaktif memberikan sosialisasi dan informasi yang jelas mengingat Bukit Wungkal berstatus milik desa. Mengingat adanya keluhan warga terkait aktivitas pengerukan dan pekerjaan pembukaan jalan baru.
Menanggapi hal itu, Kepala Pekon Tegalsari Suharto menjelaskan jika tanah hasil pengerukan bukit digunakan untuk mengganti biaya penggunaan alat berat untuk pekerjaan pembukaan jalan baru. “Excavatornya kan milik Pak Enal. Beliau hanya memanfaatkan tanah uruknya aja,” katanya.
Saat ditanya dampak dari pengerukan bukit dan tujuan pembukaan jalan baru, Soharto urung menjelaskan. Termasuk apakah kegiatan tersebut mendapat restu dan respon warga, ia beralasan sedang ada kegiatan lain di luar kantor, “Aku tesik ngurusi warga ng PA, (saya sedang mengurus warga di Pengadilan Agama?” tutupnya.
(*TIM Red*)
Thank you for your sharing. I am worried that I lack creative ideas. It is your article that makes me full of hope. Thank you. But, I have a question, can you help me?